MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN
“Teori dan Dasar Pengambilan Keputusan”
Oleh Kelompok 3
1. Risa Sukma
2. Yuni Aris
3. Lasucy Mentari
4. Mayang Shelfi
5. Dian Purnama P
6. Annisa Puti
Hasanah
7. Ihsanita
Sabrian
8. Prisna Dia
Arsya
Dosen Pembimbing : Ns. Lili Fajria, S.Kep, M.Biomed
PROGRAM B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu atau organisasi
tidak akan terlepas dari masalah. Masalah pada dasarnya adalah penyimpangan
atau ketidaksesuaian dari apa yang semestinya terjadi atau tercapai. Kesalahan
dalam melakukan identifikasi masalah akan menyebabkan kesalahan dalam
penyelesaiannya. Kesalahan identifikasi tersebut bisa disebabkan kita salah
dalam menafsirkan gejala yang merupakan akibat dari masalah yang terjadi. Untuk
dapat menyelesaikan masalah, maka perlu dilakukan proses penyelesaian masalah
dari mulai mengumpulkan informasi yang terkait dengan gejala dan masalah yang
dihadapi, hingga kepada penyelesaian masalah yang mungkin dapat dilakukan.
Proses tersebut sering kali dinamakan sebagai proses penyelesaian masalah (problem solving).
Penyelesaian masalah sering kali
tidak mudah karena berbagai faktor yang terkait dengan masalah sering kali
tidak berpola tunggal, baik yang terkait dengan faktor penyebab maupun
alternatif
penyelesaiannya. Alternatif
yang mana yang akan kita pilih pada dasarnya mendorong kita untuk mengambil
keputusan, karena keputusan harus diambil agar proses dapat terus berjalan.
Pengambilan
keputusan dalam penyelesaian masalah
adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam
asuhan keperawatan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan
keperawatan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan
perubahan. Perawat pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik sebagai
pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim. Pemecahan
masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan
analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan
upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam
memilih alternatif. Tidak semua
pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Pemecahan
masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan
untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai
kesenjangan diantara “apa yang ada dan
apa yang seharusnya ada”. Pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus
memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya
bimbingan dan role model di
lingkungan kerjanya.
Oleh karena
pentingnya pengambilan keputusan, maka perlu diberlakukan suatu pembahasan
secara mendalam mengenai pengambilan keputusan yang akan kita ikuti dalam mata
kuliah pengambilan keputusan, agar kita dapat memahami esensi dari pengambilan
keputusan itu sendiri. Selain sebagai kewajiban tugas kelompok, makalah ini
diperbuat bertujuan untuk memberi pemahaman kepada pembaca, agar mampu memahami
konsep dasar pengambilan keputusan secara sederhana dan jelas.
1.2 Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui secara umum apa itu Teori dan Konsep dasar Pengambilan Keputusan
terutama dalam keperawatan.
2.
Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui Pengertian pengambilan keputusan
b. Untuk
mengetahui Dasar Pemngambilan Keputusan
c. Untuk
mengetahui Fase Pengambilan Keputusan
d. Untuk
mengetahui Metoda Pemecahan Masalah
e. Untuk
mengetahui Teknik Pengambilan Keputusan
f. Untuk
mengetahui Proses Pengambilan Keputusan
g. Untuk
mengetahui Gaya Pengambilan Keputusan
h. Untuk
mengetahui Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pengambilan
Keputusan
i.
Untuk mengetahui Pengambilan Keputusan Kelompok
j.
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Etis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Pengambilan keputusan (desicion
making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini
diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.
Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh
pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah
utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
keputusan yang terbaik.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah
dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :
1. G. R. Terry :
Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang
didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
2. Claude S.
Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan
manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan,
penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan
Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti
dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada
keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah
dibuat.
4. P. Siagian :
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu
masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan
tindakan.
Ada lima hal yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
- Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
- Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada sistematika tertentu :
a. Tersedianya
sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b. Kualifikasi
tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah
yang dianut organisasi.
d. Situasi
lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan
manajemen di dalam organisasi.
- Masalah harus diketahui dengan jelas.
- Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
- Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.
Apabila
pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan
berbagai masalah :
a. Tidak
tepatnya keputusan.
b. Tidak
terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik
dari segi manusia, uang maupun material.
c. Ketidakmampuan
pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara kepentingan
organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
d. Timbulnya
penolakan terhadap keputusan.
Sikap
atau watak berfikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara positif
dan memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk membangkitkan motivasi secara individu sehingga mampu
memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif dalam memecahkan masalah atau
isu secara fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan menerima kritik akan
mengakibatkan hal positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan analisa
seseorang terhadap fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan kemampuan
untuk mengatasi kelemahan.
Membuat
keputusan
|
Masalah
|
Berfikir kritis
|
Bagan
: Pemecahan
masalah dan Pengambilan keputusan
2.2 Dasar
Pemngambilan Keputusan
1.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan
intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti,
pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan
intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu : 1) Pengambilan keputusan
oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan. 2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang
bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang
berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang
dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif
akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur
kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya, dengan kata lain hal ini
diakibatkan pengambilan keputusan intuitif
hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering
diabaikan.
2.
Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat
rasional berkaitan dengan daya guna.
Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih
bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur
apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai
masyarakat yang di akui saat itu.
3.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya
pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya
istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta
yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi
adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih
dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan
informasi yang cukup itu sangat sulit.
4.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum
mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini
sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui
arsip-arsip pengambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman
masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya,
maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak
dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan
cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal
tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan
masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang
menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat
membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
5.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil
karena wewenang (authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang
berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas
(otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih
permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.
2.3 Fase
Pengambilan Keputusan
1.
Aktivitas intelegensia; Proses kreatif untuk menemukan
kondisi yang mengharuskan keputusan dipilih atau tidak.
2.
Aktifitas desain; Kegiatan yang mengemukakan konsep
berdasar aktifitas intelegensia untuk mencapai tujuan.
3.
Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak
alternatif dalam pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas
kriteria yang telah ditetapkan.
Dari tiga aktifutas tersebut diatas, dapat disimpulkan
tahap pengambilan keputusan adalah :
a.
Mengidentifikasi masalah utama
b.
Menyusun alternatif
c.
Menganalisis alternatif
d.
Mengambil keputusan yang terbaik
2.4 Metoda Pemecahan Masalah
Prinsip
utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian
memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta
objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer membutuhkan kemampuan
untuk menetapkan prioritas pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah
selalu menggunakan metoda coba-coba dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat
apa-apa (“do nothing”). Pembuatan
keputusan dapat dipandang sebagai proses yang menjembatani hal yang lalu dan
hal yang akan datang pada saat manajer hendak mengadakan suatu perubahan.
Perencanaan
kemungkinan
Menduga masalah
yang akan datang
|
Pemecahan masalah
Memahami masalah
yang lalu
|
Akan datang
|
Bagan
: Proses Pemecahan masalah
|
Kini
|
Pengambilan
Keputusan
Mengenalkan
Perubahan
|
Lampau
|
Proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti pada gambar di bawah ini :
Masalah
Pengumpulan
Data
Analisa
Data
Mengembangkan
pemecahan
Memilih
alternatif
Implementasi
Evaluasi
Proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah
kurang tepat mengidentifikasi masalah.
Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling penting.
Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.
Identifikasi
masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu
penyelesaian masalah. Terutama waktu yang cukup untuk mengumpulkan dan
mengorganisir data.
2.5 Teknik
Pengambilan Keputusan
1. Operational
Research/Riset Operasi ; Penggunaan metode saintifik dalam analisa dan
pemecahan persoalan.
2. Linier
Programming ; Riset dengan rumus matematis.
3. Gaming War
Game ; Teori penentuan strategi.
4. Probability
; Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal tidak
normal.
2.6 Proses
Pengambilan Keputusan
A.
Menurut G. R. Terry :
1. Merumuskan
problem yang dihadapi
2. Menganalisa
problem tersebut
3. Menetapkan
sejumlah alternatif
4. Mengevaluasi
alternatif
5. Memilih
alternatif keputusan yang akan dilaksanakan
B.
Menurut Peter Drucer :
1. Menetapkan
masalah
2. Manganalisa
masalah
3. Mengembangkan
alternatif
4. Mengambil
keputusan yang tepat
5. Mengambil
keputusan menjadi tindakan efektif
Pengambilan keputusan merupakan
proses yang komleks yang memerlukan penanganan yang serius. Secara umum, proses
pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah beriktu (Gibson dkk, 1987):
- Menerapkan tujuan dan sasaran : Sebelum memulai proses pengambilan keputusan, tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu. apa hasil yang harus dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
- Identifikasi persoalan : Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan harus diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan memberi batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga memerlukan upaya penggalian.
- Mengmbangkan alternatif : Tahap ini berisi pengnidentifikasian berbagai alternatif yang memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini. Belum ada komentar dan analisis.
- Menentukan alternatif : Dalam tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap berbagai alternatif yang sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya. Pada tahap ini juga disusun juga kriteriatentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengambilan keputusan. Hasil tahap ini mungkin masih merupakan beberapa alternatif yang dipandang layak untuk dilaksanakan.
- Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu alternatif yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada masa yang akan datang.
- Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu sendiri merupaka abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari pelaksanaannya.
- Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan.
2.7
Gaya Pengambilan Keputusan
Gaya pengambilan keputusan manajer
perawat umumnya sama dengan gaya kepemimpinan yang digunakan oleh manajer
tersebut diatas.
Ada 7 variabel yang berpengaruh
dalam pengambilan keputusan untuk menyeleksi gaya yang paling cocok, yaitu :
a) Pentingnya kualitas keputusan untuk
keberhasilan institusi.
b) Derajat informasi yang dimiliki oleh
manajer.
c)
Derajat pada masalah yang terstruktur dalam organisasi.
d) Pentingnya komitmen bawahan dan keterampilan
membuat keputusan.
e)
Kemungkinan keputusan autokratik dapat diterima.
f) Komitmen bawahan yang kuat terhadap
tujuan institusi.
g) Kemungkinan bawahan konflik dalam proses
akhir pada keputusan final.
Metode autokratik hasilnya lebih
cepat dalam pengambilan keputusan dan cocok untuk situasi yang krisis atau
ketika kelompok senang menerima tipe ini sebagai gaya keputusan. Bagaimanapun
anggota staf umumnya lebih mendukung untuk pendekatan konsultatif dan kelompok.
Konflik dapat terjadi ketika masalah tidak terstruktur dibahas atau jika
manajer tidak mempunyai pengetahuan atau ketrampilan dalam proses pemecahan
masalah.
2.8 Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Pada Pengambilan Keputusan
Banyak faktor yang berpengaruh
kepada individu dan kelompok dalam pengambilan keputusan, antara lain:
1. Faktor
Internal
Faktor
internal dari diri manajer sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Faktor internal tersebut meliputi: keadaan emosional dan fisik, personal
karakteristik, kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu,
minat, pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.
2. Faktor
Eksternal
Faktor
eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang berpengaruh
pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan masalah,
bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah satu
kultural, sosial, latar belakang, filosofi, sosial dan kultural.
2.9 Pengambilan
Keputusan Kelompok
Ada dua kriteria utama untuk pengambilan keputusan
yang efektif:
1.
Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai
tujuan atau sasaran yang sebelumnya telah didefinisikan.
2.
Keputusan harus diterima oleh orang yang
bertanggungjawab melaksanakannya. Contoh; Rapat merupakan salah
satu alat terpenting untuk mencapai informasi dan mengambil keputusan.
Ada keuntungan-keuntungan tertentu yang dapat dipetik melalui suatu
rapat, yaitu :
a.
Masalah yang timbul menjadi jelas sifatnya karena
dibicarakan dalam forum terbuka.
b.
Interaksi kelompok akan menghasilkan pendapat dan buah
pikiran serta pengertian yang mendalam.
c.
Penerimaan dan pelaksanaan keputusan diambil oleh
peserta rapat.
d.
Rapat melatih menerima pendapat orang lain.
e.
Melalui rapat peserta dilatih belajar tentang
pemikiran orang lain dan belajar menempatkan diri pada posisi orang lain.
Langkah utama proses pengambilan
keputusan adalah sama dengan proses pemecahan masalah. Fase ini termasuk
mendefinisikan tujuan, memunculkan pilihan, mengidentifikasi keuntungan dan
kerugian masing-masing pilihan, memprioritaskan pilihan, menyeleksi pilihan
yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan tujuan, implementasi dan
evaluasi.
2.10
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Etis
1.
Tingkat Pendidikan
Rhodes (1985) berependapat bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan
perawat akan membantu perawat untuk membuat suatu keputusan etis. Salah satu
tujuan dan program pendidikan tinggi bagi perawat adalah meningkatkan keahlian
kognitif dan kemampuan membuat keputusan. (Pardue,1987).
Penelitian oleh Hoffman, Donoghue dan Duffield (2004) menunjukkan
bahwa taraf pendidikan dan pengalaman tidak terkait secara signifikan dengan
pembuatan keputusan etis dalam keperawatan klinis. Faktor yang bertanggung
jawab terhadap variabilitas yang besar dalam pembuatan keputusan etis
dalam keperawatan klinis adalah nilai peran.
2.
Pengalaman
Pengalaman sering kali disebut sebagai faktor penting yang mempengaruhi
pembuatan keputusan dan hal ini perlu diperhatikan secara lebih jauh. Yung
(1997) mengusulkan pengalaman yang lalu dalam menangani dilema etik
mempengaruhi mahasiswa keperawatan dalam mengembangkan pembuatan keputusan
etis. Hasil temuan dari sebuah penelitian yang yang dilaksanakan Cassels dan
Redman ( 1989) tentang perawat yang sedang menjalani studi tingkat sarjana
menunjukkan bahwa pengalaman yang lalu dalam menangani masalah-masalah etika
atau dilema etik dalam asuhan keperawatan dapat membantu proses pembuatan
keputusan yang beretika. Oleh karena itu, penggalian pengalaman lalu yang lain
dari pengalaman keperawatan secara umum memungkinkan pendekatan yang lebih
relevan.
3.
Faktor Agama Dan Adat Istiadat
Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam
membuat keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini dibutuhkan proses.
Semakin tua seseorang akan semakin banyak pengalaman dan belajar, mereka akan
lebih mengennal siapa dirinya dan nilai yang dimilikinya.
Selain faktor agama, faktor adat istiadat juga berpengaruh pada seseorang
dalam pembuatan keputusan etik. Kaitan adat istiadat dan implikasi dalam
keperawatan sampai saat ini belum tergali jelas di Indonesia.Faktor adat
istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat berpengaruh terhadap
pembuatan keputusan etik. Misalnya, setiap rumah sakit di mempunyai aturan
menunggu dan persyaratan pasien yang boleh ditunggu, namun hal ini sering tidak
dihiraukan oleh keluarga pasien dengan alasan rumah jauh atau pasien tidak
tenang bila tidak ditunggu keluargannya, dan lain-lain. Ini sering menimbulkan
masalah etik bagi perawat antara membolehkan dan tidak membolehkan keluarga
menemani pasien di Rumah sakit.
4.
Komisi Etik
Komisi etik merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan
etis yang dibuat oleh perawat dalam praktiknya (Ellis dan Hartley, 2001).
Sedangkan Ramsey (1999) menjelaskan bahwa Komisi Etik Keperawatan memberi forum
bagi perawat untuk berbagi perhatian dan mencari solusi pada saat mereka
mengalami dilema etik yang tidak dijelaskan oleh dewan etik kelembagaan. Komisi
etik tidak hanya memberi pendidikan dan menawarkan nasehat melainkan pula
mendukung rekan-rekan perawat dalam mengatasi dilema etik yang ditemukkan dalam
praktik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat mempunyai kesempatan
yang lebih besar untuk semakin terlibat secara formal dalam pengambilan keputusan
yang etis dalam organisasi perawat kesehatan. (Haddad,1998)
5.
Faktor Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Pada abad ke-20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkatan pengetahuan
dan teknologi yang meliputi berbagai bidang. Manusia telah menjelajahi ruang
angkasa dan mendarat di beberapa planet selain bumi. Sistem komunikasi anatara
negara dapat dilaksanakan secara langsung dan tempat yang jaraknya ribuan
kilometer.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
mampu memperpanjang usia manusia dengan ditemukkannya berbagai mesin mekanik
kesehatan, cara prosedur baru, dan bahan/obat baru. Misalnya klien dengan
gangguan ginjal yang dapat diperpanjang usiannya berkat adanya mesin
hemodialisis. Wanita yang mengalami kesulitan hamil dapat dibantu dengan
inseminasi. Kemajuan ini menimbulkan pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
6.
Faktor Legislasi Dan Keputusan Yuridis
Saat ini, aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis tentang masalah etik
kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah
menjadi suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru yang banyak disusun untuk
menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan
masalah hukum kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang praktik
keperawatan dan keputusan menteri kesehatan yang mengatur registrasi dan
praktik perawat.
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap
perubahan sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang
merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan
menuntut hukum sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat
menimbulkan suatu konflik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan (desicion
making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini
diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.
Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh
pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah
utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan
yang terbaik.
Seorang manajer keperawatan harus mempunyai keberanian untuk
mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dari resiko yang
timbul sebagai konsekuensi dari
keputusan yang telah diambilnya. Pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah yang difokuskan
untuk memecahkan masalah secepatnya dimana individu harus memiliki kemampuan
berfikir kritis dengan menggunakan pendidikan dan pengalaman yang berharga yang
cukup efektif dalam pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Makalah manajemen keperawatan pengambilan
keputusan. http://mikimikiku.wordpress.com.
Diakses tanggal 6 September 2014
Hidayat, A.Aziz Alimul.
(2006).Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Purba M Jenny, Pujiastuti. 2010. Dilema Etik Dan
Pengambilan Keputusan Etis.Jakarta. Penerbit:EGC.
Marriner,
A.T. (1995). Nursing Management and Leadership ( 5th ed), Mosby St Louis,
Baltimore.
Swansburg,
A.C. (1996). Management and Leadership for Nurse Managers. Jones and Bartlett Publishers International,
London England
Sondang P.
Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan
Keputusan¸ Jakarta: Toko Gunung Agung, 1987
.
0 komentar:
Posting Komentar